SINDROM CILAMKERMI

Diposting oleh Unknown on Selasa, 03 Maret 2009



Hujan deras mengguyur hebat. Kubuka jendela dan kulongokkan wajah menikmati sepoi angin yang menerpa diiringi tetes-tetes air. "Ya Allah, setiap tetes hujan adalah rahmatMu, setiap tetes penuh makna, ada sumber kehidupan disana, setiap tetes dihantar malaikat suciMu, setiap tetes adalah pekerjaan yang ajaib memukau, setiap hujan adalah waktu mustajab untuk berdoa..."

Kuhirup bau tanah dan hujan, senyum menggurat diwajahku, saraf-saraf dikepalaku tertarik ringan. Kunikmati sensasi penuh manja dengan hujan. Mataku menyapu halaman, hijau daun bermandikan air langit yang menetes bergantian, Bergulir dari ujung hingga ke pangkal. Subhanallah... Kerja Allah yang luarbiasa. Terima kasih atas siang yang sejuk ini ya Allah.
Ketika hujan mereda, putra ke-3, Noval menenteng sepatu dan nyengir,"Maaahh...kehujanan",

Aku berpesan padanya untuk makan siang yang sudah kusiapkan, tempe goreng mendoan dan teri nasi goreng. Ia mengangguk riang. Dan melambai tangan ketika sepeda motorku melaju meninggalkan halaman tempat tinggalku.
Warnet Nabilah menjadi langgananku untuk nongkrong. Karena murah, cuma Rp 2000/jam. Segera kubuka mailboxku yang penuh dengan milis. Dannn...
YMku nampak putriku - Mbak Nadia sedang di Madura - mengurus raport dan surat keterangan yang diperlukan untuk keperluan kuliahnya kelak - sedang online. Sejenak chatting dengannya juga dengan DJ (Khadijah, friend of Nadia).
Membaca blognya di chesterrush.blogspot.com membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Gaya nulisnya segar dan cara berpikirnya sejuk, menyejukkan hatiku yang telah disejukkan hujan siang tadi.

Tutt ttiiitt..tuuttt tiitt.. HPku berbunyi. Kubernafas panjang dan terpejam sejenak. Dan,"Assalamu'alaikum...?",

"Wa'alaikumussalam warahmataullahi wa barakatuh", suara diseberang sangat kukenal. Suara Cut Bang, Ayah Fadia yang 2 hari lalu membuatku menangis tersedu-sedu. Sms-smsnya seperti martil mematok-matok kepalaku.

"Hehehehe Cut Bang, menjawab salamnya kok nadanya seperti pengajian seh.."
"Apa kabar dik hehehehe",suaranya tersendat dan nampak masih kaku. Suara besar, serak, dan nampak payah.

"Alhamdulillah, sangat baik Cut Bang, Cut Bang sehat?",kataku penuh semangat, maklum hujan dan tulisan blog Nadia membuatku sangat fresh. Mempengaruhi tone suaraku.

"Dikk...kok nampak gembira sih..senang ya Cut Bang telp?",wah..mulai menggenit nih.

Aku tertawa. Berceritalah Ayah Fadia ini tentang kesibukan dan kepenatan yang ia alami. Tak pernah henti untuk kerja, mulai dari usaha-usaha yang tertebar di nusantara hingga LN. Kuiyakan dengan antusias. Walaupun aku sudah hafal dari dulu sewaktu kami masih bersama, beliau kesana sini, kadang amburadul juga. Kudengarkan keluhannya.
Dan...ia mengakhiri.

Beberapa menit kemudian, telp lagi. Sambung tertawa-tawa dalam cerita. Berakhir lagi.

Beberapa menit telp lagi.

"Cut Bang...kok putus nyambung, putus nyambung sih.. apa lagi yang mau diomongkan?",tanyaku.
Derrrr.... Beliau kembali seperti biasanya, menyatakan tak bisa melupakanku.

"Lho, kan kita sudah bercerai 3 tahun. Kenapa dibahas lagi, Cut Bang.. Kan sudah ada istri-istri yang lain,"

Wow..sindrom cilamkerli. Cinta lama bersemi kembali.

Sms dikirim bersahutan.

Kembali ditelp setiba dirumah. beliau minta kembali rujuk. Kukatan berkali-kali bahwa aku menikmati kesendirianku. Biarlah beliau menjadi saudara saja bagiku.

Kulayangkan smsku :
Salad tambah buahnya,
Jangan kedondong,
Diingat boleh saja,
Diulang jangan dong

Ah, perpisahan kadang menyakitkan. Tapi lebih menyakitkan hidup bersama orang yang tak pernah memutuskan untuk mencintai kita seutuhnya. So, jomblo tanpa status jelas seperti ini kayaknya makin indah saja yach. Karena ex ketika mengiba terasa seperti kalimat surga hehehehe...

Apapun, inilah yang terindah dari Allahku, kuterima apa adanya.
Kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel SINDROM CILAMKERMI ini pada akun jejaring sosial anda, dengan URL : http://teteskasih.blogspot.com/2009/03/sindrom-cilamkermi.html

Bookmark and Share